top of page
ramadhandaffa

Hachijō-daiko : Festival Taiko di Pulau Tak Terjamah

Hachijō-daiko adalah festival taiko yang berasal dari pulau Hachijō. Ada dua jenis Hachijō-daiko yang populer di pulau ini, yaitu gaya lama yang sesuai dengan tulisan sejarah, dan gaya baru yang diciptakan oleh sekelompok orang serta dimainkan oleh mayoritas penduduk di pulau Hachijō. Festival ini biasanya diadakan di musim panas, sekitar bulan Agustus.

Taiko adalah salah satu alat musik tradisional Jepang yang berbentuk drum dan masih cukup populer hingga saat ini. Hanya saja, alat musik ini lebih sering digunakan di festival-festival budaya, perayaan, drama dan acara ritual saja. Karena semakin banyak orang yang lebih memilih mempelajari alat musik seperti piano, biola, dll.

Hachijō-jima (八丈島 - kanji 島 berarti pulau) sendiri adalah salah satu pulau dari tujuh kepulauan Izu dan masih termasuk dalam prefektur Tokyo. Dari tujuh pulau yang ada di kepulauan Izu, letak pulau Hachijō adalah yang terjauh hingga masuk dalam perairan laut Filipina, sehingga pulau ini memiliki suhu air yang relatif hangat sepanjang tahun. Pulau ini juga menjadi pulau yang belum banyak didatangi oleh wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun luar negeri.


Festival Hachijō-daiko diketahui telah dilaksanakan sejak tahun 1849 sesuai dengan yang tertulis dalam jurnal milik Kakuso Kizan. Kakuso menjelaskan bahwa festival ini memliki keunikan, yaitu taiko akan digantung di pohon dengan para wanita dan anak-anak yang berkumpul di bawahnya. Taiko yang digunakan dalam festival ini juga bisa dimainkan dari dua sisi (kanan-kiri), bukan hanya satu sisi saja. Kakuso juga menjelaskan bahwa pemain taiko di festival ini didominasi oleh wanita. Jika dibuat perbandingan, kurang lebih jumlah wanita lebih banyak 3:1 dibandingkan dengan laki-laki.



Ada dua cara memainkan taiko dalam festival Hachijō-daiko. Gaya pertama Hachijō-daiko disebut Kumaoji-daiko yang namanya diambil dari penciptanya yaitu Okuyama Kumaoji. Kumaoji-daiko memiliki dua pemain pada satu drum, yaitu shita-byōshi dan uwa-byōshi. Shita-byōshi memberikan ketukan dasar sesuai dengan kunci permainan taiko. Uwa-byōshi memainkan musik yang sudah diimprovisasi demi membangun hormonisasi dan mengekspresikan makna dari musik. Kumaoji-daiko juga menampilkan posisi yang tidak biasa untuk meletakkan taiko seperti, drum terkadang digantungkan pada tali, dan menurut sejarah terkadang drum juga akan digantung di pohon.



Gaya kedua adalah Shin-daiko yang merupakan permainan kotemporer dari Kumaoji-daiko. Dalam Shin-daiko, taiko yang digunakan memiliki ukuran lebih besar dan dimainkan secara eksklusif di atas panggung. Oleh karena itu, selalu disediakan penyangga taiko yang gagah serta terbuat dari kayu yang kuat. Oleh karena itu, pemainnya juga menggunakan bachi (kayu pemukul taiko) yang lebih kuat. Pemain Shin-daiko juga biasanya menggunakan pakaian yang longgar demi memudahkan pergerakan kaki dan tangan. Karena permainan ini akan mengerahkan energi yang besar, sehingga gerakan dan kaki juga penting untuk diperhatikan. Berbeda dengan Kumaoji-daiko yang pemainnya menggunakan kimono ketika tampil. Musik dasar yang dimainkan shita-byōshi juga terkadang dibuat berbeda dengan musik yang dimainkan dengan gaya Kumaoji-daiko.

Setelah membaca artikel ini, apakah kalian menjadi tertarik untuk belajar bermain taiko? Bermain taiko itu menyenangkan, loh! Apalagi kalau kita bisa bahasa Jepang. Wah... nanti kenalan untuk bermain taiko dari Jepang bisa bertambah banyak! Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk cek kursus bahasa Jepang di sini.


 

Penulis: Vidya Surya

Editor: Daffa Ramadhan



Comments


Check our Instagram

bottom of page