Bosozoku: Mencari Kesenangan... dengan Bahaya
top of page

Bosozoku: Mencari Kesenangan... dengan Bahaya

Bosozoku adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Jepang untuk merujuk pada kelompok sepeda motor. Mungkin.. lebih tepat jika disebut sebagai geng motor, karena Bosozoku selalu terlibat dalam aktivitas yang mengganggu kenyamanan publik seperti mengelilingi kota menggunakan kendaraan yang knalpotnya berisik (geber-geber, atau mblayer-mblayer) bahkan tawuran.

Subkultur Bosozoku pada awalnya berasal dari tentara Jepang pasca perang dunia kedua yang merasa tidak terima terhadap Jepang yang mulai kehilangan aspek tradisional samurai, dan kemudian dipaksa untuk kembali ke kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja setelah berharap dapat mati untuk negaranya. Pada kemudian hari, mereka membuat sebuah komunitas yang dapat menampung aspek-aspek militer. Akan tetapi, disamping aspek militer seperti kepatuhan dan kehormatan, mereka juga mencari tempat yang dapat mewadahi kesenangan yang hanya didapat dari keadaan bahaya. Oleh karena itu, mereka mendapat inspirasi dari film 'A Rebel Without A Cause' (1955) untuk membuat komunitas yang menggunakan sepeda motor demi mencari kesenangan yang didapat melalui kegiatan seperti ngebut, melawan arah, dikejar polisi, dan ditambah dengan mengganti knalpot berisik untuk meningkatkan 'rasa bahaya'.

Awalnya, komunitas ini disebut oleh masyarakat dengan Kaminari Zoku karena motor-motor yang digunakan oleh anggotanya sangat berisik, seperti suara petir (Kaminari Zoku 雷族 - kelompok petir). Seiring berjalannya waktu, anggota Bosozoku yang dulunya adalah mantan tentara perang dunia kedua mulai digantikan oleh generasi baru yang berisi anak-anak muda yang tidak puas dengan kehidupan normal di sekolah. Generasi baru dari komunitas 'Kaminari Zoku' ini kemudian mendapat sebutan baru oleh media Jepang 'Bosozoku' setelah terjadinya beberapa kerusuhan yang disebabkan oleh konvoi mereka di jalan (暴走族 - kelompok ugal-ugalan).



Dalam sebuah kelompok, biasanya memiliki anggota yang berusia dewasa muda, sekitar 17-20 tahun dan memiliki latar belakang pendidikan yang tidak tinggi, atau murid yang sudah dikeluarkan dari sekolah. Ketika berkumpul, anggotanya memakai seragam yang disebut dengan Tokkoufuku, yaitu seragam pilot kamikaze yang ditambahkan tulisan-tulisan dan simbol yang mewakili kelompoknya. Selain itu, ketika konvoi sebuah kelompok juga akan membawa bendera yang berisi nama kelompoknya, kemudian akan berkeliling kota dengan menyetir secara ugal dan tanpa menggunakan alat pelindung seperti helm untuk menambah sensasi. Karena ketika konvoi ada kemungkinan besar akan bertemu kelompok lain atau polisi, beberapa anggota akan membawa senjata seperti pisau dan pipa untuk melindungi diri.

Bicara Bosozoku tanpa membahas tentang kendaraan mereka sepertinya tidak lengkap. Kendaraan yang digunakan oleh anggota Bosozoku bisa berupa sepeda motor atau mobil. Biasanya, sepeda motor akan dimodifikasi dengan ciri-ciri kursi belakang dan fairing yang sangat tinggi, stang yang bengkok ke dalam, warna mencolok, dan tentu saja knalpot yang sangat berisik. Sementara untuk mobil, biasanya akan dimodifikasi seperti mobil balap yang dilebih-lebihkan.

Bosozoku juga terkenal memiliki keterlibatan dengan kriminal lainnya seperti perdagangan narkoba dan afiliasi dengan Yakuza. Oleh karena itu, semenjak pemerintah Jepang merevisi undang-undang lalu lintas yang berisi denda berat kepada pihak yang menyetir ugal-ugalan dan memperbolehkan polisi untuk menangkap anggota Bosozoku di tempat, sehingga saat ini jumlah anggota Bosozoku sangat sedikit apabila dibandingkan dengan era puncaknya (1980 an). Tidak hanya polisi, alasan lain menurunnya jumlah anggota Bosozoku adalah karena pada tahun 1990-an, kondisi ekonomi Jepang sangat menurun sehingga orang tidak bisa lagi membeli dan memodifikasi kendaraan mereka seperti dulu. Selain itu, mereka yang bukan orang kaya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga pikiran untuk ikut aktivitas seperti Bosozoku semakin memudar.

Meskipun pemikiran untuk mengikuti aktivitas berbahaya seperti bergabung dengan Bosozoku semakin memudar, akan tetapi Bosozoku bukan berarti sudah menghilang, dalam artian Bosozoku tetap ada di Jepang, baik itu dalam artian bagus maupun artian buruk. Bosozoku dikomodifikasi ke dalam bentuk cosplay, manga, anime, atau bahkan aliran modifikasinya, sehingga orang yang menggunakan tokkoufuku tidak berarti dia adalah anggota Bosozoku sungguhan. Sebaliknya, Bosozoku sungguhan tidak benar-benar menghilang. Eksistensinya masih ada di Jepang meskipun apabila dibandingkan dengan masa puncaknya, jauh lebih tidak aktif.

Setelah membaca artikel ini, apakah pembaca menjadi tertarik dengan budaya Jepang lainnya? Tentunya, apabila pembaca tertarik untuk belajar budaya dan bahasa Jepang tidak ada salahnya untuk belajar di sini.


 

Penulis: Daffa Ramadhan

Editor: Daffa Ramadhan



Check our Instagram

bottom of page